Pendidikan Vokasi di Tengah Revolusi Industri 4.0: Tantangan dan Peluang.

Redaksi & ilustrasi: Tri Haryo Nugroho

Nunukan, 13 Januari 2025 – Di tengah perkembangan Revolusi Industri 4.0, isu pendidikan menjadi salah satu sorotan utama, terutama di bidang vokasi. Perguruan tinggi vokasi, termasuk Politeknik Negeri Nunukan, menghadapi tantangan untuk memastikan bahwa lulusan mereka memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah.

Arkas Viddy, Ph.D, Direktur Politeknik Negeri Nunukan, menegaskan pentingnya adaptasi kurikulum pendidikan vokasi terhadap perkembangan teknologi digital. “Transformasi digital tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga cara kita mendidik. Kurikulum harus fleksibel dan relevan agar lulusan dapat bersaing di pasar global,” ujar beliau dalam seminar pendidikan yang diselenggarakan di kampus PNN.

Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan industri. Berdasarkan survei Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, lebih dari 40% perusahaan di Indonesia merasa kesulitan menemukan tenaga kerja dengan keahlian digital yang memadai, seperti analisis data, pemrograman, dan otomasi.

Politeknik Negeri Nunukan telah mengambil langkah-langkah konkret untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya adalah melalui program “Integrated Digital Skills Training” yang telah diterapkan sejak awal tahun 2024. Program ini mengintegrasikan pembelajaran berbasis teknologi digital ke dalam berbagai mata kuliah, termasuk agribisnis, perikanan, dan teknologi informasi.

“Dunia kerja menuntut lulusan yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkan teknologi digital dalam berbagai sektor. Dengan program ini, kami ingin menciptakan lulusan yang adaptif dan inovatif,” jelas Dr. Maulina.

Mahasiswa PNN pun merasakan dampak positif dari program ini. Salah satu mahasiswa, Dian Rachmawati, menyatakan, “Saya sekarang lebih percaya diri menghadapi dunia kerja karena memiliki pengalaman langsung dengan perangkat teknologi yang relevan. Selain itu, pelatihan tambahan seperti workshop coding dan big data analysis sangat membantu.”

Namun, pendidikan vokasi di Indonesia masih menghadapi kendala besar, seperti kurangnya fasilitas laboratorium yang memadai dan terbatasnya akses terhadap teknologi terkini di beberapa daerah. Pemerintah dan perguruan tinggi vokasi terus didorong untuk menjalin kerja sama dengan pihak swasta dan industri dalam menyediakan fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan.

Dalam diskusi yang sama, Politeknik Negeri Nunukan juga menyampaikan rencana untuk memperluas kemitraan dengan industri regional dalam bidang pelatihan kerja berbasis proyek (project-based learning). Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan relevansi pendidikan vokasi terhadap kebutuhan industri dan mengurangi tingkat pengangguran di kalangan lulusan.

Ke depan, pendidikan vokasi akan terus berperan penting dalam membangun SDM yang unggul dan berdaya saing di era digital. Namun, keberhasilan ini membutuhkan sinergi dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat.

Scroll to Top